Monday, October 09, 2006

CSR, Elemen Utama Tata Laksana Kemasyarakatan yang Baik

Republika, Minggu, 17 September 2006

Kesuksesan korporat, tidak hanya ditentukan keberhasilan bisnisnya. Tetapi juga kemampuannya menyukseskan program memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Dalam lima tahun terakhir di Indonesia, kian banyak perusahaan melaksanakan corporate social responsibility (CSR) atau juga community development (CD). Bahkan kini, semakin giat organisasi dan sektor swasta, serta kantor pemerintahan yang memasukkan CSR dalam agenda prioritas organisasi.

Tanggung jawab korporat, telah menjadi isu penting. Tak saja dalam kegiatan bisnis, tetapi juga dalam teori dan hukum, politik dan ekonomi. Kesuksesan korporat, tidak saja ditentukan oleh keberhasilan bisnisnya. Tetapi juga kemampuannya menyukseskan program memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Sayang, saat ini masih bayak program-program CSR yang sifatnya ad hoc (sementara) saat terjadi bencana alam. Padahal, tanggung jawab atau kepedulian korporat terhadap lingkungan sekitarnya, terbukti akan menghasilkan kinerja bisnis yang baik.

Responsible business is good business. Kesimpulan ini terangkum dalam Konferensi CSR yang diselenggarakan Indonesia Business Links (IBL) pada Sabtu-Ahad (7-8/9) pekan lalu di Jakarta.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Dr Boediono saat membuka konferensi ini mengatakan, CSR merupakan elemen prinsip dalam tata laksana kemasyarakatan yang baik. Bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah bagi para pemegang saham.

''Pada intinya, pelaku CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR dengan Good Corporate Governance. Karena keduanya merupakan satu continiuum (kesatuan), dan bukan merupakan penyatuan dari beberapa bagian yang terpisahkan,'' ujar Boediono.

Menurutnya, CSR tidak hanya mencakup apa yang seharusnya dilakukan, tapi juga melihat apa yang sebaiknya dijalankan. Ini, kata Menko, seringkali terlewat dan diremehkan. Seperti, mengeksploitasi birokrasi yang lemah dan menjalankan praktek penyuapan untuk melaksanakan program CSR-nya.

Sementara itu, Duta Besar PBB untuk Millenium Development Goals (MDGs) Asia Pasifik, Erna Witoelar mengatakan, kesadaran akan pentingnya memasukkan kegiatan CSR sebagai salah satu aspek penting dalam kegiatan bisnis, justru akan mampu meningkatkan kegiatan bisnis secara bertanggung jawab.

''Kontribusi korporat dalam pembangunan dan pengembangan Indonesia (khususnya), tidak hanya ditentukan kegiatan bisnis, tetapi juga ditentukan seberapa besar kontribusi terhadap lingkungan sekitar,'' kata Erna yang berbicara tentang Corporate Contributions to Development in Indonesia.

Karena itu, Mantan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Menkimpraswil) di Era Pemerintahan Gus Dur ini terus mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk menunjukkan kontribusinya terhadap negeri ini. Tak hanya sebatas pada pembayaran pajak, tetapi juga kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar dalam pemberdayaan masyarakat. Erna Witoelar berharap, perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri dan mengeruk keuntungan. Namun juga harus mampu memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya yang dianggap masih terbelakang. ''Banyak perusahaan yang hanya berupaya memperkaya dirinya sendiri. Mereka membiarkan masyarakat sekitar hidup dalam garis kemiskinan dan keterbelakangan.''

Sementara itu, GM External Affairs and Sustainable Development PT Kaltim Prima Coal (PKC), Harry Miarsono mendukung perusahaan-perusahaan untuk terus memberikan kontribusi terhadap masyarakat disekitarnya. Ia mengatakan, dalam melaksanakan program CSR dan Community Development, PT Kaltim Prima Coal (bergerak dalam pengolahan batu bara) telah menetapkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Berbagai program pengembangan masyarakat telah dirancang dan dijalankan agar bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dan pembangunan wilayah. Program-program ini, lanjutnya, diharapkan bisa menyiapkan masyarakat yang mandiri menuju pembangunan berkelanjutan.

Sementara itu, Deputy Corporate Communication PT BMW Indonesia, Helena Abidin mengatakan, CSR bagi BMW Indonesa, tidak hanya sekadar memberikan sumbangan atau bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana alam. ''CSR bagi kami justru akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan untuk semakin mendekatkan produk dan brand kami kepada masyarakat dan komunitasnya,'' kata Helena kepada Republika.

Ia menambahkan, perusahaan mestinya tidak hanya mengejar business oriented tetapi bisnis harus menjadi proses pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat. ''Sebagai perusahaan dari luar negeri, di Indonesia kami justru bisa belajar budaya masyarakat setempat sebagai proses transformasi budaya, teknologi dan sains,'' ujar Helena.

Karena itu, BMW Indonesia, kata Helena, sangat mendukung upaya-upaya pemerintah untuk mendorong dan memberikan kontribusi bagi pembangunan. ''Banyak perusahaan yang sukses tidak hanya berorientasi pada bisnis, tetapi juga karena kepedulian mereka terhadap lingkungan sekitar dengan pemberdayaan masyarakatnya,'' jelasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan PR Manager Riaupulp, Fakhrunnas Jabbar dan Field Liaison Manager PT Newmont Pasific Nusantara, Katamsi Ginano. Menurut Fakhrunnas, sukses perusahaan juga didukung oleh kepeduliannya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Karena itu, Fakhrunnas sangat mendukung dan mendorong tumbuhnya semangat ber-CSR di kalangan perusahaan-perusahaan.

''Sukses CSR tidak hanya ditentukan oleh tripple bottom line, tetapi juga prinsip license to operate, business sustainable, pure philantropy dan cause-related marketing,'' jelas Fakhrunnas. ''Good business (bisnis yang baik --red) juga disebabkan karena mereka memberi nilai dengan nilai. Bukan memberi nilai dengan materi,'' tambah Katamsi.
(sya )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home