Wednesday, December 14, 2005

Mayarakat Sekitar PT Indorama Tuntut Jaminan Kesehatan

Rabu, 18 Agustus 2004

PURWAKARTA -- Masyarakat yang tinggal di sekitar bangunan PT Indorama mengkhawatirkan pembuatan pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menyuplai listrik di perusahaan itu. Masyarakat yang tinggal di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Jatiluhur itu khawatir pembangunan pembangkit listrik itu akan menyebabkan dampak lingkungan yang membahayakan kesehatan.

Warga menyetujui pembuatan pembangkit listrik itu, selama ada jaminan bahwa di sana tidak akan terjadi pencemaran akibat pembangunan tersebut. Selain itu, mereka juga menuntut dana kesehatan bagi masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan akibat limbah pabrik. PT Indorama yang dihubungi Jumat (13/8) menjamin pembangunan pembangkit listrik itu tak akan merusak lingkungan sekitar. Pasalnya, pembuatan mesin pembangkit listrik itu sudah dilengkapi dengan alat yang bisa menyaring asap hitam berbahaya yang dihasilkan dari batu bara.

Seorang petani di Desa Kembang Kuning, Ijah, yang rumahnya terletak tepat di belakang PT Indorama, mengatakan, saat ini, banyak warga di desanya yang mengalami flek akibat pencemaran udara yang dikeluarkan oleh asap pabrik. Salah satunya, anaknya yang berusia 3,5 tahun. ''Anak saya mengalami flu, panas, dan gangguan pernapasan dan dinyatakan positif terkena penyakit flek. Setiap bulan saya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 100 ribu untuk membeli obat,'' ujar Ijah. Padahal, sambung dia, ia dan suaminya hanya petani yang berpenghasilan kecil. Ijah menambahkan, pada dasarnya semua masyarakat menyetujui pembangunan pembangkit listrik itu. Asalkan, sambung dia, ada jaminan dari pemilik perusahaan kalau pembangunan itu tidak akan membawa dampak bagi masyarakat.

Jika kelak, terjadi sesuatu akibat pembangunan itu, kata dia, warga menginginkan ada jaminan uang kesehatan bagi masyarakat. ''Kami semua trauma karena tiga tahun yang lalu, pernah terjadi sedikit kebocoran kimia dan menyebabkan satu RW atau 2.000 orang sakit dan dilarikan ke rumah sakit Bayu Asih. Meskipun memang perusahaan memberi dana pengobatan sebesar Rp 60 ribu,'' ujarnya. Menurut Pimpinan PT Indorama, R R Phene, pembangunan pembangkit listrik itu diperlukan agar terjadi efisiensi di masa mendatang sekaligus agar bisa bersaing dengan produk dari negara lain. Alasannya, jika membeli listrik dari PLN, harganya naik terus sehingga akan mempengaruhi ongkos produksi. Padahal, kata dia, pihaknya harus bersaing dengan negara lain. ''Kami mempunyai tiga divisi spinning, polister, dan syntetic dengan 7 ribu karyawan di masa perdagangan bebas nanti.

Kami harus bersaing produk dan harga,'' katanya menjelaskan. Lebih lanjut Phene mengungkapkan, PT Indorama akan membuat dua unit pembangkit listrik dengan dana Rp 500 miliar. Diharapkan, kata dia, pada lima tahun mendatang, akan terjadi efisiensi dalam penggunaan listrik. Saat ini, kata dia, biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli litrik ke PLN adalah Rp 10 miliar per tahun. ''Sebelum membangun pembangkit listrik itu, kami sudah mensurvei terlebih dahulu untuk mencari batu bara yang terbaik dan alat-alat yang canggih untuk mengolah agar asap yang keluar bersih,'' katanya. Pihaknya pun mengaku akan bertanggung jawab jika di kemudian hari, terjadi sesuatu yang merugikan warga sekitar.
(kie )

0 Comments:

Post a Comment

<< Home